Monday 9 January 2012

Ibu-ibu Kita Masih Melahirkan Anak-anak Pintar

DI AWAL tahun 2012 ini, mari kita lupakan sejenak kasus-kasus korupsi yang menggerogoti kebanggaan kita terhadap negeri ini. Mari lupakan pula perlombaan para politikus menyusun strategi menuju pemilihan presiden 2014. Lebih baik kita mengalihkan perhatian kita ke sebuah kegiatan olimpiade fisika tingkat dunia (World Physics Olympiad) yang babak finalnya baru saja berlangsung dari 28 Desember 2011 sampai 2 Januari 2012 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.


World Physics Olympiad atau disingkat WoPhO ini diikuti oleh 125 peserta dari 15 negara. Pada sesi pertama, peserta diuji kemampuannya untuk menyelesaikan soal-soal teori fisika seperti teori tentang teknologi Maglev, yang merupakan teori yang melandasi teknologi kereta api cepat masa depan, dan teori menyangkut fenomena optik. Mereka dituntut untuk menyelesaikan soal-soal ini dalam waktu lima jam. Soal-soal ini diberikan dalam Bahasa Inggris sehingga peserta tidak saja dituntut menguasai bidang fisika namun juga dituntut untuk fasih dalam membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris.

Pada sesi kedua, yang diselenggarakan di hari berikutnya, mereka dituntut untuk melakukan eksperimen-eksperimen berhubungan dengan rangkaian listrik dan kinematika. Menurut beberapa juri yang sebagian besar didatangkan dari luar negeri, eksperimen-eksperimen ini memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Untuk menyelesaikan keseluruhan eksperimen, mereka juga diberi waktu selama lima jam. 

Satu hal yang patut diapresiasi adalah bahwa Indonesia berhasil meraih dua medali emas, dua medali perak, dan tujuh medali perunggu. Kedua medali emas Indonesia disumbangkan oleh Christian George Emor (berasal dari Sulawesi Utara) dan Evan Laksono (berasal dari DKI Jakarta). Prestasi Christian George Emor dan Evan Laksono ini adalah suatu bukti bahwa apabila dibina dan dihargai dengan baik, anak-anak muda kita mampu bersaing dan sejajar dengan anak-anak unggulan dari negara lain seperti Jerman, Rusia, China, dan Singapura. 

Apresiasi juga patut dilayangkan kepada peserta-peserta Indonesia lainnya yang telah mengikuti kompetisi ini dengan sangat antusias dan berusaha secara maksimal meskipun belum mampu menyumbangkan medali. Mereka telah datang dari berbagai penjuru nusantara seperti dari Sumatera Utara, Riau, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Irian, dan provinsi-provinsi lainnya.

Bagi sebagian dari mereka, World Physics Olympiad ini adalah ajang kompetisi tingkat internasional pertamanya Sudah selayaknya kita berterima kasih kepada Prof. Yohannes Surya selaku penggagas kegiatan dan kepada komite pelaksana yang telah bekerja penuh energi untuk menyediakan wadah bagi anak-anak muda bangsa untuk berkompetisi dan meraup pengalaman internasional. 

Para peserta akan pulang ke negara atau daerah asal masing-masing membawa pengalaman dan cerita yang menarik untuk dibagi dengan keluarga guru, dan teman-temannya, termasuk cerita tentang kegiatan wisata selama dua hari ke objek-objek wisata yang indah di Pulau Lombok seperti mengunjungi Gili Trawangan dan kampung tradisional Sade. 

Keberhasilan para peraih medali dari Indonesia di ajang World Physics Olympiad ini adalah bukti nyata bahwa ibu-ibu kita masih terus melahirkan anak-anak pintar.  Anak-anak ini adalah anak-anak unggul yang sanggup berkompetisi dan selalu ingin maju. Anak-anak yang sekarang dalam masa pembelajarannya ini selayaknya terus dibimbing, diberi wadah untuk terus belajar dan berkompetisi, dipantau, dan dihargai. Jangan sampai potensi mereka kita abaikan semata-mata karena kita hanyut dalam kondisi pendidikan, ekonomi, dan politik yang kurang kondusif.

Sebagian dari kita tentunya memiliki kekhawatiran kalau-kalau suatu saat nanti setelah mereka terus berkembang, matang, dan kemudian dilirik oleh universitas, lembaga riset, ataupun perusahaan asing, mereka akan menjadi bagian dari brain-drain ke luar negeri. Kekhawatiran ini tidaklah perlu. 

Bagaimanapun, mengutip pemikiran Rajiv Gandhi, "Better brain-drain than brain in the drain." Lebih baik kita mengekspor intelektualitas anak bangsa dari pada membiarkan otak-otak potensial itu berada di lingkungan yang kering rangsangan dan dukungan untuk berpikir kreatif dan berkarya inovatif. 

Melihat langsung kualitas anak-anak unggul ini dan ekspresi mereka dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya di acara WoPhO, penulis merasa yakin, bahwa  mereka adalah harapan bangsa yang mana bagi mereka ‘garuda di dadaku’, selalu, di manapun mereka berkarya nantinya.

Odi Akhyarsi Salah satu Liaison Officers di World Physics Olympiad, 
Lombok 28 Desember 2011–2 Januari 2012

No comments:

Image and video hosting by TinyPic